Mimpi Ular dan Judol: Sebuah Pertaruhan Tak Kasat Mata
"Antara mimpi dan kenyataan, tak semua pertanda membawa keberuntungan. Kadang, ular itu datang dalam bentuk aplikasi."

Mimpi Ular dan Judol: Sebuah Pertaruhan Tak Kasat Mata

Di sebuah kota kecil yang sepi selepas tengah malam, Fadli terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Mimpi itu datang lagi—seekor ular hitam besar, melilit tubuhnya, lalu tiba-tiba berubah menjadi tumpukan uang kertas yang beterbangan sebelum akhirnya menghilang ditelan api.

Itu sudah ketiga kalinya mimpi ular datang padanya minggu ini.

“Pertanda apa ini?” gumamnya, sembari menyalakan rokok dan menatap layar ponsel.

Notifikasi aplikasi judi online—yang ia sebut ‘judol’ dengan santai bersama teman-temannya—masih aktif. Jackpot baru saja naik. Seperti dituntun oleh sesuatu yang tak ia mengerti, Fadli membuka aplikasi itu. Tangannya gemetar, bukan karena ragu, tapi karena terlalu yakin.

“Cuma 50 ribu… Siapa tahu ini ‘kode’ dari mimpi,” pikirnya.


Antara Simbol dan Keinginan

Dalam banyak budaya, mimpi ular punya makna ambigu. Ia bisa jadi lambang rezeki, tapi juga peringatan akan bahaya yang membelit. Fadli, seperti banyak orang lain, memilih percaya pada sisi ‘untungnya’. Bukankah semua penjudi begitu?

Yang menarik, mimpi ular sering dikaitkan dengan ‘ujian’ atau ‘nafsu’. Dan bukankah judi online adalah kombinasi keduanya? Ujian iman dan nafsu akan harta yang datang instan.


Lingkaran yang Diam-diam Menjerat

Fadli menang malam itu. 1,5 juta rupiah. Ia senang, percaya mimpinya membawa petunjuk. Tapi seminggu kemudian, ia kalah dua kali lipat. Ia mencari mimpi baru—mencoba membaca ulang simbol-simbolnya.

“Kalau ularnya warna emas, mungkin itu rezeki besar? Tapi kalau hitam, jangan-jangan pertanda buruk?” Ia mulai mencari arti mimpi di internet, membandingkan dengan tanggal, arah datang ular, bahkan posisi tidurnya.

Semua tafsir menjadi alat justifikasi. Mimpi, yang dulunya sekadar bunga tidur, kini menjadi kompas bagi perjudian.


Mimpi Ular, Tapi yang Terbangun Adalah Lingkaran Setan

Yang tidak disadari Fadli—dan banyak orang sepertinya—adalah bahwa mimpi bisa jadi cerminan alam bawah sadar. Ketika pikirannya dipenuhi dengan angka, taruhan, dan harapan palsu, mimpi pun ikut bermain dalam narasi yang sama. Ular bukan lagi simbol spiritual, tapi refleksi dari jerat yang tak kasat mata.

Judol tidak butuh kasino mewah. Ia hadir di saku celana, menyamar jadi hiburan singkat, tapi menyisakan lubang panjang. Dan mimpi, entah bagaimana, ikut menari di dalamnya.


Akhir Cerita? Atau Awal Kesadaran?

Suatu pagi, Fadli bermimpi lagi. Tapi kali ini, tidak ada ular. Hanya dirinya sendiri, duduk di sebuah ruangan kosong, dikelilingi layar ponsel yang mati. Tak ada suara. Tak ada notifikasi. Tak ada uang.

Ia terbangun dengan tenang, mungkin untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan.

Mungkin itu hanya mimpi biasa.

Atau mungkin, itu akhirnya pertanda yang sesungguhnya.